Biogas merupakan campuran gas yang diperoleh dari proses penguraian bahan organik oleh bakteri pada kondisi anaerob. Campuran gas tersebut terdiri dari CH4, CO2, H, N2, H2O, dan H2S, persentase gas-gas tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah. Gas metan (CH4) merupakan komponen utama sebagai bahan bakar, karena gas metan bersifat mudah terbakar. Biogas dengan kandungan methan lebih dari 45% bersifat mudah terbakar (Deublein and Steinhauser, 2008). Temperatur pembakaran biogas antara 650 – 750o C, tidak berbau dan tidak berwarna, jika dibakar apinya berwarna biru sama dengan LPG (Liquefied petroleum gas).
Komposisi biogas
Gas | Simbol | Persentase |
Metan | CH4 | 50 - 70 |
Karbon dioksida | CO2 | 30 - 40 |
Hidrogen | H | 5 - 10 |
Nitrogen | N2 | 1-2 |
Uap air | H2O | 0,3 |
Hidrogen sulfida | H2S | 0-3 |
Umumnya semua bahan organik dapat digunakan untuk menghasilkan biogas seperti feses manusia dan ternak (sapi, unggas, babi, dll.), daun-daunan, limbah pertanian (misalnya limbah sayur-sayuran, buah-buahan, jerami, batang jagung), dan limbah industri pertanian dan peternakan (misalnya limbah dari rumah potong hewan). Bahan berkayu umumnya kurang sesuai karena proses penguraiannya sangat lambat.
Bangunan biogas diperlukan untuk menghasilkan, memanen dan memaanfaatkan biogas. Secara umum bangunan biogas terdiri dari: (1) bak pengaduk (berfungsi untuk mengaduk dan mencampur substrat jika kekurangan air); (2) saluran masuk/inlet (berfungsi untuk menyalurkan substrat ke digester); (3) digester (tabung fermentasi secara anaerob); (4) saluran keluar (outlet). Tipe digester ada yang bersatu dengan penampung gas dan ada juga yang terpisah. Peralatan tambahan lain sesuai dengan pemanfaatan biogas, misalnya biogas yang digunakan untuk memasak diperlukan kompor khusus, untuk penerangan diperlukan bola lampu khusus, dan untuk menggerangkan mesin diperlukan mesin yang khusus juga. Peralatan tersebut ada yang diciptakan khusus atau dimodifikasi dari perlatan sebelumnya yang menggunakan bahan bakar fosil.
Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, penerangan, pembangkit listrik , dan penggerak mesin. Limbah atau sisa-sisa fermentasi di dalam tabung bangunan biogas (digester) dapat digunakan sebagai pupuk, menggantikan atau mensubstisuti pupuk kimia. Beberapa penelitian menemukan bahwa fermentasi yang berlangsung di dalam digester mampu membunuh berbagai macam bibit penyakit yang terkandung di dalam substrat (misalnya limbah pertanian/peternakan). Penggunaan teknologi biogas untuk mengelola limbah pertanian/peternakan juga dapat menangkap gas methan agar tidak lepas ke atmosfir. Gas Methan mempunyai kekuatan 21 kali Karbondioksida dalam hal menimbulkan efek rumah kaca. Berdasarkan berbagai manfaat yang dapat diturunkan dari penggunaan teknologi biogas, maka dapat dikatakan bahwa teknlogi biogas memberikan solusi terhadap pemenuhan dan ketahanan energi, kebutuhan pupuk, dan pencemaran lingkungan.